Judul Buku :
Sastra yang Melintasi Batas dan Identitas
Penulis : Yusri
Fajar
Penerbit : Basa
Basi
Cetakan : I, April
2017
Tebal : 252
Halaman
ISBN :
978-602-61160-3-1
Sastra Indonesia
tidak serupa dengan menilai karya yang ditulis oleh pengarang. Mungkin sejauh
mungkin karya bisa menilai dari berbagai bidang dan perilaku. Budaya sastra
sebagai tingkat estimasi dalam mengubah suatu imaginasi dalam karya tersebut
dan mengolah kreatifitas terhadap seni sastra.
Buku ini menjelaskan tentang
penilaian dari setiap karya yang secara mengugah dan menggunakan metodologi
dalam penciptaan karya oleh pengarang. Buku ini merupakan kumpulan esai yang
memuat apresiasi karya terhadap pengarang. Selain itu buku ini direkomendasikan
untuk para pengiat sastra, peneliti, antropologi budaya, dan para sastrawan.
Identitas adalah entitas dinamis
sebagai hasil dari negoisasi akar budaya lama dan sekarang, dari dialetika
antar etnik, ras dan bangsa. Mercer, sebagaimana dikutip oleh Wedon, menyatakan
bahwa identitas sering kiali menjadi isu krusial ketika sudah berada di ambang
krisis, ketika identias yang diasumsikan pasti dan stabil yang digantikan oleh
keraguan dan ketidakpastian (2004:1) Hal ini logis karena ketidakpastian
(uncertainly) selalu membuat orang berusaha mencari identitas baru dan hidup
dalam ketidakpastian tersebut. Dan ketidakpastian itu pada dasarnya disebabkan
oleh unsur-unsur pembentuk identias yang beragam dan tidak semata berasal dari
satu aspek budaya, terutama di era pasca kolonial dan global di mana
orang-orang berbeda ras dan etnik berhubungan.
Konstruksi diri (the self) membutuhkan eksistensi ‘Sang Lain’ (the other). Secara kultural pembentukan identitas berkaitan dengan
akar dan dinamika budaya; sedangkan secara instusional identias seringkali
dikonstruksi atas formalisasi institusi tertentu seperti warga yabng memberikan
atribut (identitas) penciri pada warga negaranya.
Hubungan dua insan berbeda negara
dan latar belakang budaya dengan sejarah masa lalu—yang tidak bisa dipisahkan
dari fenomena penjajahan—memunculkan persoalan superioritas dan inferioritas
identitas dari dulu hingga sekarang menjadi ciri hubungan bangsa terjajah dan
penjajah. Penjajah sering kali berupaya membentuk budaya dan identitas pribumi
berdasarkan paradigm dan aspek budaya barat (Hal 53-55).
Nilai sosial tidak lepas dari
identitas tersebut akan tetapi penilaian karya juga berdasarkan struktur cerita
yang bisa mengandung nilai sosial, budaya, dan moralitas tersebut. Identitas
sastra sebagai persepsi tulisan yang mempunyai latar belakang dan sudut pandang
pengarang.
Mengenai masyarakat dengan
pluraritas identitas dan etnisitas yang dinamis banyak direpresentasikan dalam
karya sastra. Narasi ketegangan dan kedamaian diatikulasikan oleh para
sastrawaqn sebagai hasil pengamatan terhadap konstelasi dan dinamika manusia
yang dipenuhi perpecahan disatu sisi, dan kebersamaan serta kerukunan di sisi
lainnya. Konflik berlatar perbedaan etnik, agama dan aliran kepercayaan,
stratifikasi sosial dan kepentingan ekonomi yang menginspirasi dan menjadi
pilihan tematik beberapa sastrawan menunjukkan kritik para sastrawan terhadap
ketidakmampuan menerima perbedaan. Sementara, kerukunan ditengah perbedaan
dikisahkan sastrawan untuk merepresentasiakn harmoni sebagai dampak toleransi
dan negoisas antarbudaya yang bisa dengan baik dilakukan.pada konteks ini
karya-karya sastra menjadi medium menyuarakan dan mengingatkan kebhinekaan,
menyemaikan arti toleransi, dan menjadi jembatan yang menghubungkan pemikiran
serta sikap kritis sastrawan dengan publik.
Berbagai alasan dalam mengangkat
lanskap kontestasi perbedaan dan relasi mutual antarindivindu dan kelompoik
masyarakat dalam karya sastra bisa didorong berbagai alasan, seperti
ketertarikan atas peristiwa itu, upaya membangun kepedulian, motivasi
memberikan pencerahan, kepentingan dokumentasi tekstual, hingga dorongan
mendiseminasikan situasi sosio-kultural Indonesia ke pembaca lokal, nasional,
dan internasional (Hal 91-93).
Hikmah yang diambil adalah karya
sastra sebagai pengukur karya terhadap kandungan sosial, budaya, dan moral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar